Sabtu, 10 November 2012

MAMUJU : Tari Sayyo dan Tenun Tradisional Sekomandi Kalumpang “Riwayatmu Dulu”

Laporan : MUHAMMAD NUR ( OKT )

                                      
WWS, MAMUJU - Parawisata saat ini dimanapun di Dunia merupakan Komoditi penhasil Devisa yang sangat menjanjikan parawisata benda-benda peninggalan sejarah ( cagar budaya serta adat dan kebiasaan luhur yang biasa disebut wisata budaya yang dipelihara dengan baik dapat ditawarkan ke Daerah atau ke Mancanegara dalam paket Indsustri budaya melalui promosi yang intensip seperti apa yang bisa saya lakukan saat ini walau dengan sukarela.

Sebenarnya Kabupaten Mamuju tersimpan beberapa benda-benda cagar budaya serta ragam adat kebiasaan Raja-Raja dan masyarakat Mamuju yang unik dan spesifik bahkan bernilai sejarah tinggi namun karena kesempatan untuk memelihara dan memperkanalkan melalui paket-paket promosi ke Tour and travel atau melalui media sosial yang mengetahui seluk dan cara promosi belum segencar yang dilakukan oleh Daerah lain kepada turis baik turis lokal, antar daerah atau turis mancanegara.

Walau Bupati Mamuju telah berusaha memperkenalkan Kabupaten Mamuju lewat media Nasional maupun Media Luar Negeri, namun itu belum cakup untuk mempengaruhi kunjungan wisata ke Kabupaten Mamuju, masih diperlukan upaya sungguh-sungguh  seluruh stockholder yang bergerak dalam bidang Pariwisata  ikut berpartisipasi aktif memperkenalkan Obyek Wisata yang ada di Bumi Manakarra.

Tari Sayyo dan tenun ikat tradisional sekomandi dari Kalumpang adalah ragam budaya yang telah berusia ratusan tahun dan terus dipelihara oleh Masyarakat Kalumpang yang mendiami dataran tinggi 85 kilometer arah timur Ibukota Provinsi Sulawesi Barat Mamuju. Untuk sampai kesana dibutuhkan waktu sekitar 3  sampai 4 jam menggunanakan kendaraan roda dua, maupun roda empat melewati jalan berkelok dan tanjakan, menikmati panorama alam pegunungan, air terjun lebbeng disisi jalan , hutan tropis dan perkebunan cacao milik penduduk, dari bibir jalan terjal yang dipenuhi pepohonan rindang, ada  perkampungan tradisional yang menyejukkan rasa.

Tari Sayyo adalah tari tradisional yang biasa dibawakan oleh 6 sampai 8  gadis-gadis berwajah manis mengenakan pakaian tradisional dari tenun sekomandi,  dalam rangka penjemputan tamu-tamu kehormatan, diiringi gendang dan tabuhan, dengan gerakan gemulai dan senyum simpul para penarinya membuat yang menyaksikan terasa berada di tengah-tengah bidadari dari kayangan yang sedang turun mandi ketelaga di kaki bukit.

Tenun Tradisional Sekomandi Kalumpang, terbuat dari kulit kayu dengan pewarna alami salah satunya cabe, kulit kayu lalu  di tumbuk kemudian diolah untuk  pintal,  sat pewarna juga berasal dari pewarna alami di racik kemudian di campurkan seseuai corak diinginkan,  dan  didominasi warna  hitam, coklat, merah dan kream, warna dasar adalah hitam. Keunikan tenunan dapat dilihat pola, warna dan strukutur kain yang dikerjakan dengan tangan dan di tenun dengan alat tradisional. Untuk memperoleh tenunan kwalitas utama yang harganya bisa sepuluh juta rupiah untuk 1 set pakaian adat dibutuhkan waktu bermingu-minggu hingga bulanan.

Tari sayyo, sebagai tarian penjemput tamu kehormatan daerah kabupaten Mamuju, sudah sering di pegelarkan pada acara - acara besar seperti HUT. Kota Mamuju atau saat tamu kehormat seperti saat kunjungan Bapak Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono, Wakil Presiden RI waktu itu Bapak Yusuf Kalla, dan para menteri Kabinet Indonesia bersatu jilid 1 dan 2, serta pejabat penting lainnya di daerah.
Sedang Tenun Tradisional Sekomandi telah dikenal di mancanegara yang dipasarkan lewat Bali oleh para pembuat kain dari Kalumpang, tapi banyak juga para turis atau tamu yang langsung membeli dari pusat pembuatannya untuk digunakan sendiri atau jual kembali di daerah-daerah tujuan wisata lainnya.
Kain tenun yang sangat artistik dan unik ini dibuat dalam berbagai macam ragam, ada untuk pakaian, selendang, taplak dan banyak macam ragam bentuk  dengan harga yang berpariasi, bisa di jadikan cindra mata yang tak ternilai dengan uang.

Agar riwayat masa lalu dapat dikenang hingga akhir peradaban,  sebaiknya pihak-pihak yang berkompeten dalam pelestarian asset leluhur dapat membuat buku tuntunan sejarah peradaban Mamuju dari jaman dulu hingga sekarang.

Walau tak dipungkuri  Pemerintah kabupaten Mamuju telah melakukan upaya pelestarian berupa pemeliharaan, pendokumentasian dan mempublikasikan warisan budaya, agar asset parawisata tradisional dapat terus terjaga kemurniannya**

Foto diunggah dari google **

Tidak ada komentar:

Posting Komentar