Jumat, 09 November 2012

MAMUJU : Menebang Pohon Menuai Badai

Oleh : MUHAMMAD NUR OKT MAMUJU
                                     Pantai Mamuju dilihat dari Hotel d'Maleo ( foto : Pribadi )

Kota Mamuju, Ibukota Provinsi Sulawesi Barat, sebagai Provinsi termuda di Indonesia Provinsi yang ke-33, terletak dijazirah Mandar, dalam cekungan selat makassar, ditetapkan berdasarkan Undang-Undang No.26 Tahun 2004,  memang baru seumur jagung bila dibandingkan dengan Ibukota Provinsi lainnya, sebagai Ibukota baru dalam satuan wilayah seperti ini, maka penataan Kota, kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau perlu mendapatkan prioritas agar sejak dini  tetap memperhatikan Pembangunan yang berwawasan lingkungan.  Saat ini  Pembangunan infra struktur dan fasilitas kota lainnya  sedang gencar-gencarnya dilaksanakan untuk mengejar ketertinggalan dari daerah-daerah lainnya, yang akan  turut mempengaruhi upaya penaggulangan terhadap lingkungan, kebersihan dan kehijauan.

Ketersediaan lahan dan Ruang terbuka hijau di Kota Mamuju masih luas ,  taman-taman masih rindang, bunga-masih bermekaran , disekitar kota masih banyak pohon dan semak-semak, kicau burung masih terdengar disekitar rumah dikala pagi jelang siang, tidak seperti di kota-kota besar lain  seperti ini sulit ditemukan.


Itulah keindahan khas Kota Mamuju yang punya Motto : Bersehati ( Bersih, Semangat, Hijau, Aman, tertib dan Indah ).

Indah itu sehat , tetapi untuk menjadikan Kota Mamuju menjadi Indah tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, Kota Indah dan sehat tidaklah terwujud secara Instan.

Ruang terbuka Hijau, Taman-taman Kota masih nampak alami belum tersentuh tangan-tangan akhli planologie dan landscap kota.

Dibutuhkan kerja keras aparat Pemerintah dan partisipasi aktif masyarakat dalam upaya menata kembali taman-taman Kota dan upaya penanggulangan terhadap semakin tingginya produksi sampah karena pertambahan penduduk yang setiap tahun meningkat tajam akibat urbanisasi.
Kebersihan dan kehijauan menjadi cermin kemampuan pemerintah, partisipasi Penduduk dan taatnya para pendatang yang mencari kerja di Kota yang sedang berbenah diri. Dengan konsentarsi manusia yang datang dari kota kabupaten lain dan desa disekitar, maka saatnyalah Kebersihan dan Lingkungan Hijau mendapatkan perhatian dan perlindungan seluruh komponen masyarakat hubungannya dengan Kesehatan, lingkungan hidup dan ekosystem biota laut yang terdapat di sepanjang pantai Manakarra Kota mamuju.

Kitapun harus belajar dari tragedi yang terjadi hampir setiap tahun di di Negeri kita tercinta ini, akibat rusaknya lingkungan yang disebabkan oleh ketidak pedulian kita terhadap Lingkungan, ada tsunami di Aceh, tanah longsor, gempa bumi yang menelan korban jiwa dan harta yang tidak ternilai harganya melululantakkan kehidupan di bumi. Berncana demi bencana tidak mengendurkan niat dan kehendak manusia untuk merusak alam dan lingkungan hidup, menebang pohon untuk kesenangan sesaat, baik dihutan, di gunung, maupun di pusat Kota.

Menurut yang pernah saya dengar saat mengikuti Diklat Pertamanan dan Landscap di  Kota Batam, Konsekwensinya jika mereka menebang satu pohon saja yang berumur 10 Tahun yang batangnya berdiameter +_40 Cm, kita akan kehilangan cadangan air untuk diminum 1 setengah liter per/hari dan 21/2 liter Oksigen untuk bernapas, coba kita renungi bersama untuk mendapatkan 21/2 liter oksigen/hari dan 11/2 liter air dibutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya dalam kehidupan kita, padahal untuk menebang pohon yang berumur 10 Tahun dibutuhkan waktu paling lama 1 jam untuk setiap pohonnya.

Pemda Kabupaten mamuju akan konsisten melaksanakan Pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan, ( coba kita tengok letak geografis dan demografi kota Mamuju pada tulisan disertai gambar pada tulisan saya berikutnya ) , Kondisi demografi dan topografi Kota mamuju merupakan asset daerah dengan memperhatikan RTRW Kabupaten dan Provinsi Sulawesi Barat yang saat ini sedang dalam tahap penyelesaian dalam bentuk Peraturan daerah.

Kondisi Kota yang berpenduduk 40.246 Jiwa dengan pertumbuhan sekitar 13,56 persen,  luas wilayah Kota 16.024 Ha, ,masih tergolong Kota yang berpenduduk kurang bila dibandingkan dengan Kota-kota lainnya di Indonesia.

Ketersediaan lahan masih banyak,  kurangnya penduduk dan di dukung oleh Perda Rencana Tataruang Wilayah Kabupaten dan Provinsi memungkinkan Pemerintah dan masyarakat melaksanakan Pembangunan sesuai dengan peruntukannya, tanpa menggusur, menebang atau merusak ekosistem yang sangat tidak mendesak untuk dirusak atau ditebang.


Pohon sebagai paru-paru Kota yang mempunyai nilai ekonomi yang merupakan asset dan investasi kota jangka panjang mengandung nilai-nilai educatif dan estetika bagi generasi penerus kita.
Saya pernah baca di koran beberapa Tahun yang lalu sebuah pohon kamper tumbuh di DEXING China, umurnya 1800 tahun, tinggi 23 meter dengan diameter pohon dapat dilingkari oleh 18 orang saling berpegangan mengelilingi lingkaran pohon, dan dapat meneduhi kawasan seluas 1000 m2, dijadikan cagar alam dan budaya dan menjadi asset wisata yang banyak dikunjungi orang.

Di Kota Mamuju terdapat sebatang pohon tumbuh disamping Kantor Dinas Tata Ruang dan Kebersihan Kabupaten Mamuju persis dibelakang Kantor Dispenda dan Samsat Prov.Sulbar dan adalagi satu tumbuh di belakang Kantor KODIM ditepi pantai Manakarra Mamuju, Pohon ini diperkirakan berusia ratusan tahun, beberapa orang penduduk asli yang sudah berusia lanjut saya tanyai perihal pohon ini mengatakan ” bahwa pohon dimaksud sudah seperti itu pada waktu mereka masih kanak-kanak, mungkinkah pohon itu sama tuanya dengan Kota Mamuju ?? dia balik bertanya ” katanya seraya berlalu.
Kalau seandainya betul maka 2 batang pohon raksasa punya nilai budaya dan nilai perjuangan masyarakat Mamuju yang sepatutnya dipelihara dengan rutin agar keberadaanya tidak membahayakan dan merusak alam dan manusia disekitarnya,  dilindungi sebagai benda Cagar budaya “
Untuk melestarikan sebuah benda cagar budaya, pelestarian lingkungan atau apa saja yang ada kaitannya dengan sosial budaya dan perjuangan masyarakat Mamuju, kita bisa mendesain beberapa kawasan dengan nama-nama pohon, bunga dan buah dan nama-nama pejuang untuk nama jalan dan landscap kota.

Perjalanan saya ke Singapore dalam rangka praktek lapangan Manager Pertamanan dan Landscap membangkitkan inspirasi dan imajinasi akan kebersihan dan keindahan Kota Singapore.
Perjalanan yang sungguh sangat mengasikkan dari Bandara Changi ke Hotel Supreme di Kramat Road melewati Marina Beach, sepanjang jalan nampak Taman Kota dan tumbuhan bunga dan pohon  yang tertata rapi dikiri kanan jalan sebagai ornamen gedung-gedung bertingkat dan jalan beraspal licin berseliweran mobil-mobil mewah, bus dan masyarakat pejalan kaki, semua sesuai aturan, semua disiplin tinggi.


Pagi yang cerah dari Hotel Supreme saya berjalan kaki menuju Orchard road di jantung Kota Singapore lalu naik Bus tujuan saya Singapore Cable Card di Mount Faber, menikmati keindahan Kota , menikmati Taman-taman dan Landscap Kota dari tempat yang tinggi, diatas Cable Car menuju Sentosa Island diatas ketinggian 50 meter melintasi Gedung-gedung bertingkat, melewati laut biru yang dihiasi panorama indah melewati hutan-hutan buatan bagai karpet hijau, terpana mata memandang, layaknya Kota Singapore dibangun ditengah hutan yang tertata rapi.

Di Tahun ke-6 Kota Mamuju , sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Barat, setidaknya tulisan ini dapat menggambarkan dan menggugah kebutuhan Masyarakat akan tempat rekreasi berupa Taman Kota yang repsentatif yang murah dan tak jauh dari rumah mereka.**


1 komentar: