Oleh : MUHAMMAD NUR OKT MAMUJU
Pantai Mamuju dilihat dari Hotel d'Maleo ( foto : Pribadi )
Kota Mamuju, Ibukota Provinsi Sulawesi Barat, sebagai Provinsi termuda
di Indonesia Provinsi yang ke-33, terletak dijazirah Mandar, dalam
cekungan selat makassar, ditetapkan berdasarkan Undang-Undang No.26
Tahun 2004, memang baru seumur jagung bila dibandingkan dengan Ibukota
Provinsi lainnya, sebagai Ibukota baru dalam satuan wilayah seperti ini,
maka penataan Kota, kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau perlu
mendapatkan prioritas agar sejak dini tetap memperhatikan Pembangunan
yang berwawasan lingkungan. Saat ini Pembangunan infra struktur dan
fasilitas kota lainnya sedang gencar-gencarnya dilaksanakan untuk
mengejar ketertinggalan dari daerah-daerah lainnya, yang akan turut
mempengaruhi upaya penaggulangan terhadap lingkungan, kebersihan dan
kehijauan.
Ketersediaan lahan dan Ruang terbuka hijau di Kota Mamuju masih luas ,
taman-taman masih rindang, bunga-masih bermekaran , disekitar kota
masih banyak pohon dan semak-semak, kicau burung masih terdengar
disekitar rumah dikala pagi jelang siang, tidak seperti di kota-kota
besar lain seperti ini sulit ditemukan.
Itulah keindahan khas Kota Mamuju yang punya Motto : Bersehati ( Bersih, Semangat, Hijau, Aman, tertib dan Indah ).
Indah itu sehat , tetapi untuk menjadikan Kota Mamuju menjadi Indah
tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, Kota Indah dan sehat
tidaklah terwujud secara Instan.
Ruang terbuka Hijau, Taman-taman Kota masih nampak alami belum tersentuh tangan-tangan akhli planologie dan landscap kota.
Dibutuhkan kerja keras aparat Pemerintah dan partisipasi aktif
masyarakat dalam upaya menata kembali taman-taman Kota dan upaya
penanggulangan terhadap semakin tingginya produksi sampah karena
pertambahan penduduk yang setiap tahun meningkat tajam akibat
urbanisasi.
Kebersihan dan kehijauan menjadi cermin kemampuan pemerintah,
partisipasi Penduduk dan taatnya para pendatang yang mencari kerja di
Kota yang sedang berbenah diri. Dengan konsentarsi manusia yang datang
dari kota kabupaten lain dan desa disekitar, maka saatnyalah Kebersihan
dan Lingkungan Hijau mendapatkan perhatian dan perlindungan seluruh
komponen masyarakat hubungannya dengan Kesehatan, lingkungan hidup dan
ekosystem biota laut yang terdapat di sepanjang pantai Manakarra Kota
mamuju.
Kitapun harus belajar dari tragedi yang terjadi hampir setiap tahun di
di Negeri kita tercinta ini, akibat rusaknya lingkungan yang disebabkan
oleh ketidak pedulian kita terhadap Lingkungan, ada tsunami di Aceh,
tanah longsor, gempa bumi yang menelan korban jiwa dan harta yang tidak
ternilai harganya melululantakkan kehidupan di bumi. Berncana demi
bencana tidak mengendurkan niat dan kehendak manusia untuk merusak alam
dan lingkungan hidup, menebang pohon untuk kesenangan sesaat, baik
dihutan, di gunung, maupun di pusat Kota.
Menurut yang pernah saya dengar saat mengikuti Diklat Pertamanan dan
Landscap di Kota Batam, Konsekwensinya jika mereka menebang satu pohon
saja yang berumur 10 Tahun yang batangnya berdiameter +_40 Cm, kita akan
kehilangan cadangan air untuk diminum 1 setengah liter per/hari dan
21/2 liter Oksigen untuk bernapas, coba kita renungi bersama untuk
mendapatkan 21/2 liter oksigen/hari dan 11/2 liter air dibutuhkan dana
yang tidak sedikit jumlahnya dalam kehidupan kita, padahal untuk
menebang pohon yang berumur 10 Tahun dibutuhkan waktu paling lama 1 jam
untuk setiap pohonnya.
Pemda Kabupaten mamuju akan konsisten melaksanakan Pembangunan
berkelanjutan yang ramah lingkungan, ( coba kita tengok letak geografis
dan demografi kota Mamuju pada tulisan disertai gambar pada tulisan saya
berikutnya ) , Kondisi demografi dan topografi Kota mamuju merupakan
asset daerah dengan memperhatikan RTRW Kabupaten dan Provinsi Sulawesi
Barat yang saat ini sedang dalam tahap penyelesaian dalam bentuk
Peraturan daerah.
Kondisi Kota yang berpenduduk 40.246 Jiwa dengan pertumbuhan sekitar
13,56 persen, luas wilayah Kota 16.024 Ha, ,masih tergolong Kota yang
berpenduduk kurang bila dibandingkan dengan Kota-kota lainnya di
Indonesia.
Ketersediaan lahan masih banyak, kurangnya penduduk dan di dukung oleh
Perda Rencana Tataruang Wilayah Kabupaten dan Provinsi memungkinkan
Pemerintah dan masyarakat melaksanakan Pembangunan sesuai dengan
peruntukannya, tanpa menggusur, menebang atau merusak ekosistem yang
sangat tidak mendesak untuk dirusak atau ditebang.
Pohon sebagai paru-paru Kota yang mempunyai nilai ekonomi yang merupakan
asset dan investasi kota jangka panjang mengandung nilai-nilai educatif
dan estetika bagi generasi penerus kita.
Saya pernah baca di koran beberapa Tahun yang lalu sebuah pohon kamper
tumbuh di DEXING China, umurnya 1800 tahun, tinggi 23 meter dengan
diameter pohon dapat dilingkari oleh 18 orang saling berpegangan
mengelilingi lingkaran pohon, dan dapat meneduhi kawasan seluas 1000 m2,
dijadikan cagar alam dan budaya dan menjadi asset wisata yang banyak
dikunjungi orang.
Di Kota Mamuju terdapat sebatang pohon tumbuh disamping Kantor Dinas
Tata Ruang dan Kebersihan Kabupaten Mamuju persis dibelakang Kantor
Dispenda dan Samsat Prov.Sulbar dan adalagi satu tumbuh di belakang
Kantor KODIM ditepi pantai Manakarra Mamuju, Pohon ini diperkirakan
berusia ratusan tahun, beberapa orang penduduk asli yang sudah berusia
lanjut saya tanyai perihal pohon ini mengatakan ” bahwa pohon dimaksud
sudah seperti itu pada waktu mereka masih kanak-kanak, mungkinkah pohon
itu sama tuanya dengan Kota Mamuju ?? dia balik bertanya ” katanya
seraya berlalu.
Kalau seandainya betul maka 2 batang pohon raksasa punya nilai budaya
dan nilai perjuangan masyarakat Mamuju yang sepatutnya dipelihara dengan rutin agar keberadaanya tidak membahayakan dan merusak alam dan manusia disekitarnya, dilindungi sebagai benda Cagar budaya “
Untuk melestarikan sebuah benda cagar budaya, pelestarian lingkungan
atau apa saja yang ada kaitannya dengan sosial budaya dan perjuangan
masyarakat Mamuju, kita bisa mendesain beberapa kawasan dengan nama-nama
pohon, bunga dan buah dan nama-nama pejuang untuk nama jalan dan
landscap kota.
Perjalanan saya ke Singapore dalam rangka praktek lapangan Manager
Pertamanan dan Landscap membangkitkan inspirasi dan imajinasi akan
kebersihan dan keindahan Kota Singapore.
Perjalanan yang sungguh sangat mengasikkan dari Bandara Changi ke Hotel
Supreme di Kramat Road melewati Marina Beach, sepanjang jalan nampak
Taman Kota dan tumbuhan bunga dan pohon yang tertata rapi dikiri kanan
jalan sebagai ornamen gedung-gedung bertingkat dan jalan beraspal licin
berseliweran mobil-mobil mewah, bus dan masyarakat pejalan kaki, semua
sesuai aturan, semua disiplin tinggi.
Pagi yang cerah dari Hotel Supreme saya berjalan kaki menuju Orchard
road di jantung Kota Singapore lalu naik Bus tujuan saya Singapore Cable
Card di Mount Faber, menikmati keindahan Kota , menikmati Taman-taman
dan Landscap Kota dari tempat yang tinggi, diatas Cable Car menuju
Sentosa Island diatas ketinggian 50 meter melintasi Gedung-gedung
bertingkat, melewati laut biru yang dihiasi panorama indah melewati
hutan-hutan buatan bagai karpet hijau, terpana mata memandang, layaknya
Kota Singapore dibangun ditengah hutan yang tertata rapi.
Di Tahun ke-6 Kota Mamuju , sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Barat,
setidaknya tulisan ini dapat menggambarkan dan menggugah kebutuhan
Masyarakat akan tempat rekreasi berupa Taman Kota yang repsentatif yang
murah dan tak jauh dari rumah mereka.**
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus